Negeri Impian di Masa Depan Ku

Halo nama aku rita. Aku lahir besar dan tinggal di Bekasi selama 25 tahun ini. Kota  Bekasi, tempat para perantau memilih tempat tinggal keduanya setelah mereka cukup matang untuk memilih menetap di kota rantau mereka. Jadilah kota bekasi di huni oleh beragam masyarakat yang memiliki latar belakang suku dan budaya yang berbeda-beda. Bekasi jadi tempat tinggal, singgah dan tempat menetap sementara yang menghasilkan satu kasus. Bekasi krisis budaya yang dari kenyataannya banyak masyarakat yang tinggal di Bekasi membawa masing-masing tradisi atau kebudayaan mereka yang membuat toleransi sangat di butuhkan disini. Yang menjadikan beberapa keturunan masyarakat sekitar akhirnya memiliki pemahaman budaya masing-masing dan tidak lagi mengenal bahkan tertarik akan budaya sendiri. Di tambah masuknya budaya dari luar negeri yang makin mengikis pengenalan dari beberapa budaya yang ada yang jika tidak di lestarikan lagi akan hilang atau punah.

Pemikiranku ini muncul sejak aku berlibur ke daerah Jogjakarta 3 bulan yang lalu dan mengunjungi Pura Pakualaman yang juga di jadikan tempat kepemerintahan di jogjakarta. Beberapa cerita yang aku dapatkan selama dua hari berkunjung ke salah satu kota yang masih kental adat istiadat budaya traidisi serta cara pemikiran yang dibuat serta sesuai dari sebutan kotanya, istimewa, jogjakarta benar-benar masih terus bertahan untuk terus melestarikan dan menurunkan segalanya kepada para anak cucu terlihat dari pelestarian tari-tarian yang wajib di terapkan sebagai kurikulum daerah mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas. Semua bertujuan sama agar tetap terjaga dan tertananam di masing-masing orang yang tinggal dan menjadi masyarakat disana.

”...Kalau bukan kita yang menjaga dan melestarikan siapa lagi, ya mbak. Malu sama orang-orang dari luar negeri yang tiba-tiba datang dan ingin mempelajari tentang budaya kita, nanti malah lebih tahu mereka atau bahkan pikiran buruknya budaya kita bisa di klaim oleh mereka tanpa kita sadari...” Kata salah satu abdi dalem dari Pura tersebut.

“...Indonesia itu kaya akan budaya dan alamnya, loh mbak tapi anak muda sekarang lebih tertarik dengan budaya luar yang lebih terkenal dan sering terpampang di media sosial. Ya kalau kita cuma protes dan tidak bertindak secara nyata... ya siapa juga yang mau tahu soal budaya yang kita punya ini, harus dari kita yang juga bereaksi dan menularkan ketertarikan dan rasa cinta terhadap budaya dari negri sendiri. Ya kaya saya ini bekerja sebagai abdi dalem dan memilih profesi ini ya dengan tujuan ingin tetap menjadi salah satu yang ikut melestarikan budaya yang kami punya di jogja ini, mbak...” lanjut cerita dan sedikit curahan hati sang abdi dalem.

Dari hal-hal seperti ini yang memulai impian ku untuk menjelajahi beberapa sebagian dari negeri ini. Indonesia memiliki berjuta kebudayaan dari masing-masing daerah aslinya. Lebih dari 103 gunung di Indonesia menunggu untuk di daki dan di jelajahi. Serta lebih dari 3.000 pulau yang terdata, masih banyak yang tidak berpenghuni dan memiliki panorama alam yang di tampilkan secara gratis tanpa perlu akses internet dan layar gadget yang menyala. Hanya perlu keberanian untuk datang dan kemauan untuk berkunjung. Para penduduk asli yang masih memiliki adat istiadatnya masing-masing dari berbagai suku dan budaya. Kembali lagi toleransi itu penting di setiap kita berkunjung ke tempat-tempat terlebih yang memiliki aturan mereka sendiri. Jika tujuan kita baik, mereka akan menyambut kita dengan baik pula. Traveling bukan hanya untuk melengkapi kebutuhan kita melainkan juga sesuatu yang kita lakukan selanjutnya untuk tetap menjaga satu dari banyak hal kekayaan yang kita punya di negeri ini.

Mengunjungi semua pulau. Memotret pantai serta langit senjanya. Menelisik setiap lautan. Mendaki setiap gunung. Mengunjungi desa yang jauh dari kota dan peradaban. Mengenal semua suku dan budaya. Mempelajari tarian dan lagu daerahnya. Mengenal dasar-dasar budaya yang ada. Membangun hal-hal baru yang bisa di tonjolkan untuk negeri ini, negeri impian di masa depanku.